Kamis, 10 Maret 2016

Memahami Metode Enskripsi Sistem Crypto Transponder



 Semua algoritma enkripsi secara teoritis dapat dipecahkan, begitu juga dengan metode enkripsi pada sistem crypto transponer. Sebuah algoritma enkripsi dikatakan aman jika waktu untuk memecahkannya dibutuhkan waktu sangat lama. RFID merupakan teknologi yang masih baru, dan akan terus berkembang. Seiring dengan kemajuan teknologi rangkaian terintegrasi. Perkembangan teknologi RFID terus dilakukan secara terus-menerus untuk perbaikan performa RFID, sehingga dapat menangani lebih banyak masalah anticollision, dapat beroperasi dengan daya yang rendah. Terdapat beberapa metoda penyerangan terhadap enkripsi yang dapat dijelaskan sebagai berikut :



Metode Scanning 
Metode Scanning adalah pendekatan paling sederhana di mana penyerang mengirimkan respon random terhadap setiap challenge yang dihasilkan sistem keamanan. Waktu rata-rata untuk sukses dirumuskan menjadi:

t_{s}=Rx2^{(rb-1)}

di mana rb adalah panjang respon dalam bit, dan R adalah waktu perulangan sistem keamanan dalam detik. Misalkan saja waktu perulangan adalah 200 ms dan panjang respon 24 bit, maka waktu rata-rata untuk membobol sistem keamanan itu adalah 19,4 hari.

Metode Dictionary Attack 
Metode Dictionary Attack, merupakan pendekatan penyerangan yang kompleks di mana pihak penyerang membuat dictionary, dan respon disesuaikan dengan challenge dan dictionary yang diupdate setiap respon diberikan.

Metode Cryptoanalysis 
pada Metode Cryptoanalysis menggunakan pengetahuan dari algoritma. Penyerang mencoba untuk mencari solusi matematika dari masalah untuk mencari kunci enkripsi dengan jumlah terbatas pasangan challenge dan respon. Metode Cryptoanalysis ini sangat sulit sekali dilakukan.

loading...

sumber:
elektronika-dasar.web.id

Jumat, 19 Februari 2016

Memahami Standarisasi Teknologi ADSL

Sebelumnya telah disinggung bahwa DMT merupakan standar ANSI T1.413 yang ditetapkan pada tahun 1995 untuk modulasi demodulasi pada ADSL. Juga telah dijelaskan bahwa pada saat itu (1995) teknologi ADSL digunakan untuk aplikasi VOD yang membutuhkan downstream yang memiliki kecepatan berkisar antara 1.5Mbps � 6Mbps. Setelah itu penggunaan ADSL untuk internet meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Akhirnya pada tahun 1998 ADSL ditetapkan juga sebagai standar untuk keperluan per-internet-an dengan kecepatan yang bisa diubah-ubah dengan nama standar ANSI T1.413 Issue 2. Pengesahan standar internasional untuk xDSL disahkan oleh ITU (International Telecommunications Union) pada pertemuan yang dinamakan ITU-T SG15/Q4, dengan berdasarkan pada standar ANSI T1.413 Issue 2 ditambah dengan option-option untuk disesuaikan dengan kondisi negara-negara yang bersangkutan, ditambahkan lagi dengan standar Annex, pada bulan Juni tahun 1999 ditetapkan standar internasional untuk xDSL dengan nama G.992.1 (G.dmt). Umumnya, penggunaan ADSL untuk rumah-rumah menggunakan versi ADSL Lite yang dalam istilah ITU-nya dikenal dengan sebutan G.992.2 (G.lite). Dengan spesifikasi downstream 1.5Mbps, hemat energi dan biaya pengoperasian yang murah. Alokasi DMT carrier pada G.992.1 dan G.992.2 untuk ADSL ditunjukan pada gambar berikut.

Alokasi Carrier Sistem DMT Pada ADSL 



Data-data dimodulasikan pada interval carrier sebesar 4.3125kHz. Carrier frekuensi rendah digunakan untuk wilayah upstream dan carrier frekuensi tinggi digunakan untuk wilayah downstream. Jumlah carrier wilayah downstream G.922.2 kurang dari setengahnya jumlah carrier G.992.1. Karenanya diberi sebutan LITE (G.lite). Selain G.992.1 dan G.992.2, masih ada 4 buah standar yang direkomendasikan oleh ITU untuk xDSL, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.

Tabel Rekomendasi ITU Tentang xDSL 
G.992.1 (G.dmt) Sistem transmisi ADSL (Full Rate)
G.992.2 (G.lite) Sistem transmisi ADSL tanpa Splitter (ADSL-Lite)
G.994.1 (G.hs) DSL sistem handshake
G.995.1 (G.ref) Referensi-referensi yang terkait dengan DSL
G.996.1 (G.test) Sistem pengujian DSL
G.997.1 (G.ploam) Protokol administrasi DSL

loading...

sumber:
elektronika-dasar.web.id

Memahami Proses Baca Program Flash PEROM MCS51 Atmel

Setiap data yang telah didownload atau dimasukan ke memori program (Flash PEROM) mikrokontroler dapat dibaca menggunakan PEROM Programer mikrokontroler. Pada dasarnya proses pembacaan data pada memori program mikrokontroler tersebut dapat diuraikan untuk masing-masing versi mikrokontroler. Berikut adalaha metode pembacaan data pada memori program (Flash PEROM) mikrokontroler versi 40 pin dan 20 pin.

Proses Baca Program Flash PEROM MCS51 Atmel Versi 40 pin
Proses pembacaan data pada mikrokontroler MCS51 Atmel versi 40 kaki hampir sama dengan saat pengisian data perbedaannya terletak pada data yang diberikan pada bagian pengatur mode P2.6, P2.7, P3.6, dan P3.7 diberi kombinasi sinyal �0�, �0�, �1� dan�1�. Besarnya tegangan VPP yang diberikan hanya 5 Volt. Proses pembacaan data pada Flash PEROM MCS51 versi 40 kaki dapat di lihat pada gambar berikut.

Gambar Bagan Pembacaan Data Pada Flash PEROM MCS51 Versi 40 Pin 

Gambar Bagan Pembacaan Data Pada Flash PEROM MCS51 Versi 40 Pin,Pembacaan Data Pada Flash PEROM,baca flash perom mcs51,cara baca flash perom mcs51


Proses Baca Program Flash PEROM MCS51 Atmel Versi 20 Pin 
Pada MCS51 versi 20 kaki proses pembacaan datanya hampir sama dengan saat pengisian data ke Flash PEROM, perbedaannya terletak pada sinyal pengatur mode yang diberikan pada P3.7, P3.5, P3.4, dan P3.3 adalah �0�, �0�, �1� dan �1�. Dan tegangan VPP yang diberikan adalah 5 volt. Gambar proses pembacaan data pada MCS51 versi 20 kaki dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar Bagan Pembacaan Data Flash PEROM MCS51 Versi 20 Pin 
Bagan Pembacaan Data Flash PEROM MCS51 Versi 20 Pin,baca Flash PEROM MCS51 Versi 20 Pin

loading...

sumber:
elektronika-dasar.web.id

Kamis, 11 Februari 2016

Belajar Inverter Setengah Jembatan

Rangkaian daya yang digunakan untuk mensuplai lampu High Pressure Sodium adalah inverter setengah jembatan dengan mosfet sebagai piranti pensaklarannya. Inverter dipilih karena lampu akan lebih lama umur pemakaiannya jika pada kedua elektroda tabungnya dicharge secara bergantian dengan gelombang yang simetris. Gelombang kotak yang dihasilkan oleh inverter disuplai ke lampu melalui blocking kapasitor dan induktor yang dipasang seri untuk mengontrol arus lampu.

Rangkaian Inverter Resonan Setengah Jembatan 






Tahapan dalam perancangan inverter setengah jembatan resonansi seri terdapat beberapa bagian yang dapat diuraikan sebagai berikut :

  • Memilih frekuensi pensaklaran nominal (Fsnom) sebagai acuan sesuai dengan range frekuensi operasi yang diinginkan, dan disesuaikan kemampuan mosfet dan material magnetik, dan memperhatikan range frekuensi untuk dimmer. Dalam hal ini dipilih frekuensi sekitar 22Khz. 
  • Menghitung resistansi (Rt) Lampu sodium bertekanan tinggi (High Pressure Sodium Lamp) pada frekuensi 50Hz dengan :                                                                                                       R_{1}=\frac{P_{1}}{I^{2}_{rms}}
  • Menghitung parameter A, sebagai parameter desain :                                                A^{*}=\sqrt{\frac{2V^{2}_{bus}}{\pi ^{2}R_{1}P_{1}}-1}
  • Memilih ?sC1R1 dari gambar grafik panduan dalam desain ZVS 
  • Menghitung kapasitor bloking C1 dari nilai ?s C1 R1 yang telah dipilih 
  • Memilih ?s L1 / R1 dari gambar grafik panduan dalam desain ZVS dari ?s C1 R1 yang telah dipilih dan nilai A* yang telah dihitung. Menurut perhitungan :                                      \frac{\omega _{s}L_{1}}{R_{1}}=A^{*}+\frac{1}{\omega _{s}C_{1}R_{1}}
  • Menghitung induktansi L1 dari nilai ?s L1 / R1 yang didapat                              
  • Mengecek kembali frekuensi resonansi setelah didapatkan nilai C dan L yang aktual. Untuk mendapatkan zero voltage switching, frekuensi pensaklaran (?s) seharusnya di atas frekuensi resonansi (?0) sebagai berikut :                                                                                    f=\frac{1}{2\pi \cdot \sqrt{L\cdot C}}
  • Menghitung perbandingan lilitan (n):                                                                                        n=\frac{V_{ig}}{V_{BUS}}
  • Dimana Vig ? 1.3 Vlamp Ig karena pada praktiknya, tegangan spike akan lebih rendah dari pada perhitungan teori. 


Grafik Panduan dalam Mendesain ZVS
Grafik Panduan dalam Mendesain ZVS,Grafik ZVS,desain ZVS

loading...

sumber:
elektronika-dasar.web.id

Memahami Tone Control Baxandall

Tone control baxandall atau pengatur nada baxandall merupakan salah satu jenis pengatur nada aktif pada sistem audio. Pada dasarnya pengatur nada (tone control) berfungsi untuk mengatur pengutan level nada bass dan level nada treble. Nada bass merupakan sinyal audio pada frekuensi rendah dan nada treble merupkan sinyal audio pada frekuensi tinggi. Tone control baxandall merupakan rangkaian pengatur nada yang independen dalam pengaturan nada, yaitu pengaturan nada bass dan treble tidak saling mempengaruhi. Contoh rangkaian tone control baxandall dapat dilihat pada gambar berikut.

Tone Control Baxandall






 Rangkaian pengatur nada baxandall diatas merupakan rangkaian penguat dengan jaringan umpan balik (feedback) dan rangkaian filter aktif. Dimana untuk penguatan level nada bass dan treble secara terpisah dan tidak saling mempengaruhi sebagai berikut.

Untuk nada bass, pada akhir frekuensi rendah audio (nada bass) dimana f < fB, kapasitor akan open circuit. Maka efek feedback hanya terdiri dari R1-R2. Op-amp akan bertindak sebgai inverting amplifier yang akan memberikan penguatan / gain (AB) sesuai dengan persamaan berikut.


\small \dpi{100} \frac{R_{1}}{R_{1}+R_{2}}\leq A_{B}\leq \frac{R_{1}+R_{2}}{R_{1}}



Yang berarti hanya tergantung dari pengaturan potensiometer bass. batas pengaturan maksimum potensiometer bass merupakan maksimum boost (penguatan maksimal bass) dan batas pengaturan minimum potensiometer bass merupakan maksimum cut (pelemahan maksimum).

Pada saat frekuensi nada bass meningkat, C1 akan memberikan efek pada R2 sampai C1 short sehigga tidak lagi memberikan efek atau respon. Frekuensi fB dimana C1 mulai efektif pada maksimum  boost atau maksimum cut adalah :

\small \dpi{100} f_{B}=\frac{1}{2\pi R_{2}C_{1}}

Sehingga untuk frekuensi diatas frekuensi fB tersebut idak akan dipengaruhi oleh posisi potensiometer bass pada maksimum boos dan cut atau dibiarkan flat.

Untuk nada treble, pada akhir frekuensi tinggi audio f > fT kapasitor bertindak seakan short circuit. Maka penguatan (gain, AT) akan diatur oleh potensiometer treble. Pada kondisi ini potensiometer bass tidak akan efektif karena C1 short (frekuensi audio tinggi) Hal ini terjadi pada saat R4 >> R1+R3+2R5 dan penguatan level treble (gain treble, AT) adalah.

\small \dpi{100} \frac{R_{3}}{R_{1}+R_{3}+2R_{5}}\leq A_{T}\leq \frac{R_{1}+R_{3}+2R_{5}}{R_{3}}


Dan frekuensi treble (fT) pada control nada treble memiliki respon frekuensi pada :
\small \dpi{100} f_{T}=\frac{1}{2\pi R_{3}C_{2}}

loading...

sumber:
elektronika-dasar.web.id

Belajar Wattmeter Satu Fasa

Wattmeter 1 (satu) fasa dapat dibangun dengan komponen utama berupa elektrodinamometer. Elektrodinamometer merupakan komponen utama dari wattmeter analog. Elektrodinamometer dipakai secara luas dalam pengukuran daya, wattmeter tipe Elektrodinamometer dapat dipakai untuk mengukur daya searah (DC) maupun daya bolak-balik (AC) untuk setiap bentuk gelombang tegangan dan arus dan tidak terbatas pada gelombang sinus saja. �Wattmeter tipe elektrodinamometer� terdiri dari satu pasang kumparan yaitu kumparan tetap yang disebut kumparan arus dan kumparan berputar yang disebut dengan kumparan tegangan, sedangkan alat penunjuknya akan berputar melalui suatu sudut, yang berbanding lurus dengan hasil perkalian dari arus-arus yang melalui kumparan-kumparan tersebut. Gambar dibawah menunjukkan susunan wattmeter satu fasa.

Gambar Konstruksi Wattmeter Satu Fasa 


Arus sesaat didalam kumparan yang berputar (kumparan tegangan) adalah Ip, besarnya Ip=e/Rp dimana e adalah tegangan sesaat pada jala � jala dan Rp adalah tahanan total kumparan tegangan beserta tahanan serinya. Defleksi kumparan putar sebanding dengan perkalian Ic dan Ip , defleksi ratarata selama satu perioda dapat dituliskan :

rata-rata=K\cdot I_{c}\cdot I_{p}\cdot dt

dimana:
rata-rata = defleksi sudut rata-rata kumparan
K = konstanta instrumen
Ic = arus sesaat dalam kumparan arus
Ip = Arus sesaat di dalam kumparan tegangan

Dengan menganggap sementara Ic sama dengan arus beban I (secara aktual Ic = Ip + I) dan menggunakan nilai Ip = e/Rp didapatkan :

rata-rata=K\cdot I \frac{e}{R_{p}} dt=K\frac{l}{T}e \cdot I dt

Menurut definisi, daya rata-rata didalam suatu rangkaian adalah :

P rata-rata = e I dt


Elektrodinamometer yang dihubungkan dalam konfigurasi gambar 4-3 mempunyai defleksi yang sebanding dengan daya ratarata. Jika f dan I adalah besaran sinus dengan bentuk e = Em sin wt dan I = Im sin (wt + f ) maka persamaan (*) berubah menjadi :

rata-rata = K\cdot E\cdot I Cos\varphi


dimana E dan I menyatakan nilai � nilai rms tegangan dan arus f menyatakan sudut fasa antara tegangan dan arus. Wattmeter elektrodinamometer membutuhkan sejumlah daya untuk mempertahankan medan magnetnya, tetapi ini biasanya sangat kecil dibandingkan daya beban sehingga dapat diabaikan, Jika diperlukan pembacaan daya yang tepat, arus kumparan harus sama dengan arus beban, dan kumparan potensial harus dihubungkan diantara terminal beban. Kesulitan dalam menempatkan sambungan kumparan tegangan diatasi dengan wattmeter yang terkompensasi. Kumparan arus terdiri dari dua kumparan, masingmasing mempunyai jumlah lilitan yang sama. Salah satu kumparan menggunakan kawat lebih besar yang membawa arus beban ditambah arus untuk kumparan tegangan. Kumparan lain menggunakan kawat kecil (tipis) dan hanya membawa arus ke kumparan tegangan. Tetapi arus ini berlawanan dengan arus didalam kumparan besar, menyebabkan fluks yang berlawanan dengan fluks utama. Berarti efek I dihilangkan dan wattmeter menunjukkan daya yang sesuai.

loading...

sumber:
elektronika-dasar.web.id

Memahami Konstruksi Dan Parameter Antena Biquad

 Antena Biquad merupakan antena kawat dipole loop berbentuk kubus ganda dengan reflektornya berbentuk sebuah flat panel (large flat sheet) dengan lebar sisi yang sedikit lebih panjang daripada rangkaian dipolenya sehingga bertindak seolah-olah sebagai bidang yang tak berhingga luasnya. Letak reflektor tidak jauh dari dipolenya yang bertujuan untuk mengurangi radiasi ke arah belakang. Dengan jarak yang kecil antara antena dengan reflektornya, maka susunan ini juga menghasilkan gain yang lebih besar pada radiasinya ke arah depan.
Gain yang dihasilkan oleh antena � dengan large flat sheet reflektor relatif tergantung dari jarak dipolenya. Semakin jauh jarak dipolenya, gain yang diperoleh akan semakin kecil namun bandwidthnya akan semakin besar. Sedangkan pola radiasi antena biquad pada umumnya berbentuk lobe seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar Pola Radiasi Antena Biquad



Dimensi Antena Biquad 
Antena biquad merupakan perpaduan 2 antena quad yang dirancang dalam 1 elemen. Panjang elemen driven antena biquad adalah 1? yang mana nilai panjang gelombangnya (?) yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

\lambda =\frac{c}{f}(m)
dengan:
? = Panjang gelombang (m)
c = Kecepatan gelombang cahaya (3 10 ) 8 x m/s
f  = Frekuensi kerja antena (Hz)

Untuk rancangan dipole antena biquad didapat dari panjang gelombang 1/2? yang dibentuk menjadi dipole lipat sehingga panjang masing-masing sisinya menjadi 1/4?. Jarak dipole biquad yang digunakan sejauh 1/8? dari reflektornya. Reflektor antena biquad berbentuk bujur sangkar dengan lebar sisi yang sedikit lebih panjang daripada rangkaian dipolenya, dengan ukuran dapat dirumuskan sebagai berikut:

R=R_{a}+0,1R_{a}

dengan:
R = Panjang elemen reflector (m)
Ra = Panjang elemen dipolenya (m)

Perencanaan ukuran desain antena biquad dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar Rancangan Ukuran Desain Antena Biquad 

Antena Biquad,antena kawat dipole loop berbentuk kubus ganda,arge flat sheet,pola radiasi antena biquad,2 antena quad,elemen driven antena biquad,dipole antena biquad,dipole biquad,Reflektor antena biquad,desain antena biquad,teori Antena Biquad,harga Antena Biquad,membuat Antena Biquad,cara buat sendiri Antena Biquad,bentuk v,desain Antena Biquad,ukuran Antena Biquad,frekuensi kerja Antena Biquad,marancang Antena Biquad,rumus Antena Biquad,keunggulan Antena Biquad,Gambar Pola Radiasi Antena Biquad,Dimensi Antena Biquad,Gambar Rancangan Ukuran Desain Antena Biquad

Parameter Antena dan Kinerjanya Setelah melakukan perancangan untuk mengetahui unjuk kerja suatu antena yang sesungguhnya maka, dilakukan serangkaian pengujian parameter � parameter dari yang dibutuhkan, yaitu :

  • Pola radiasi untuk mengetahui keterarahan radiasi lebar berkas dan penguatan yang dihasilkan antena
  • Polarisasi antena untuk mengetahui arah vektor medan elektrik dan magnetiknya 
  • VSWR (standing wave ratio antena) untuk mengetahui kualitas penyaluran daya dan bandwidth dari antena. 

loading...

sumber:
elektronika-dasar.web.id